A. Kebutuhan
Dasar Manusia
Para
psikolog mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa
menggabungkan tiga kecerdasan, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual.
Kecerdasan
intelektual (IQ) berkait dengan keterampilan seseorang dalam menghadapi
persoalan teknikal dan intelektual. Jika pendidikan di Indonesia mengabaikan
aspek keunggulan IQ, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dalam bidang sains dan
teknologi pada era global.
EQ
yang tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi social di lingkungan
keluarga, kantor, bisnis, ataupun social. Bagi seorang manajer, kecerdasan
emosional merupakan syarat mutlak. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan
iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya
kedewasaan wmosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis,
agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak disertai budaya
dialogis dan sikap empati.
Salah
sau yang tidak kalah penting adalah kecerdasan spiritual (SQ). kecerdasan ini
berkaitan dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ
berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan untuk
membangun relasi social, SQ mempertanyakan makna, tujuan, dan filsafat hidup
seseorang.
Menurut
Danah Zohar dan Ian Marshall, dalam buku The Ultimate
Intelligence, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan
memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup jika tidak disertai kedalaman
spiritual.
Dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berbagai pakar psikologi dan manajemen di
Barat mulai menyadari betapa vitalnya aspek spiritualitas dalam karier
seseorang. Yang fenominal, Stephen R. Covey meluncurkan buku The 8th
Habit (2004). Padahal, selama ini, dia sudah menjadi ikon dari teori
manajemen kelas dunia The Seven Habits. Rupanya, Covey sampai pada
kesimpulan, kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber
spiritualitas dan kehabisan energy dan berbelok arah.
Sumber:
Kompas
Tulisan
di atas menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai
potensi yang diberikan Tuhan. Potensi itu merupakan bekal untuk menjalani
kehidupan seseorang. Berbagai potensi tersebut mewakili berbagai dimensi, seperti
dimensi fisik, jiwa, dan rohani. Dimensi tersebut akan membentuk manusia
menjadi lebih baik dan siap untuk dikembangkan.
Setiap
manusia pasti mengalami perkembangan dalam hidupnya. Namun, perkembangan yang
dialami setiap individu berbeda-beda. Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam
buku Psikologi Perkembangan, perkembangan berarti serangkaian
perubahan progresif (maju) yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman. Istilah perkembangan lebih bermakna pada perubahan secara
kualitatif. Perubahan itu merupakan gabungan dari berbagai struktur dan fungsi
tubuh yang kompleks, seperti kemampuan menggerakkan badan, berjalan,dan
berbicara. Perubahan itu juga mencakup pertambahan beberapa sentimeter tinggi
badan seseorang.
Pada dasarnya, ada dua proses
perkembangan yang saling bertentangan dan terjadi secara serempak selama
kehidupan, yaitu pertumbuhan (evolusi) dan kemunduran (involusi). Keduanya
dimulai dari pembuahan (pertemuan antara sperma dan ovum) dan berakhir saat
kematian. Dalam tahun-tahun pertama, pertumbuhan lebih banyak berperan daripada
perubahan yang bersifat kemunduran yang juga terjadi semenjak kehidupan janin.
Pada kehidupan selanjutnya, perubahan yang bersifat kemunduran lebih banyak
berperan walaupun pertumbuhan tidak berhenti. Misalnya, rambut terus tumbuh,
sedangkan sel-sel tubuh terus berganti.
Setiap manusia mengalami
perkembagnan, baik fisik, emosi, social, kognitif (pikiran), maupun spiritual.
Sebagai pribadi, manusia mengingnkan keseimbangan dalam perkembangan fisik,
emosi, social, kognitif (pikiran), dan spiritualnya. Untuk dapat berkembang
secara seimbang, setiap kebutuhan manusia harus terpenuhi dengan cukup.
Misalnya, ketika merasa lapar, manusia perlu makan. Ketika manusia tidak tahu
tentang sesuatu, manusia perlu belajar. Ketika manusia merasa sedih, manusia
perlu sedikit tertawa agar merasa senang. Ketika manusia merasa kesepian,
manusia perlu bergaul dengan teman. Ketika manusia merasa hidupnya “kering”,
manusia perlu ibadah agar hidup lebih sejuk dan bermakna.
Dalam buku Tantangan
Membina Kepribadian disebutkan beberapa kebutuhan manusia. Kebutuhan itu
mencakup kebutuhan jasmani, kebutuhan intelektual, kebutuhan emosional,
kebutuhan social, dan kebutuhan rohani. Penjelasan berbagai kebutuhan dasar
manusia dapat dilihat berikut ini.
1. Kebutuhan
Jasmani/Fisik
Kebutuhan
jasmani yang utama adalah pangan (makan), sandang (pakaian), dan papan (tempat
tinggal). Namun, di antara kebutuhan jasmani tersebut terdapat kebutuhan yang
paling utama, yaitu kebutuhan makan. Jika kebutuhan akan makan sudah terpenuhi
dengan baik, kesehatan dan kebugaran akan tetap terjaga karena gizi sudah
terpenuhi. Untuk menjaga kebugaran tubuh, kita juga perlu berolahraga dan
beristirahat dengan cukup.
2. Kebutuhan
Intelektual
Sebagai
manusia, kita harus mengenal diri sendiri dan perlu mengenal dunia sekitar.
Dunia sekitar kita sangat cepat berkembang dan bahkan sangat maju. Oleh karena
itu, dibutuhkan perkembangan intelektual, agar tidak tertinggal dan dapat
mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan intelektual biasanya, dikaitkan dengan
kecerdasan otak, pemikiranrasional, pemikiran logis, serta kemampuan akademis.
Kecerdasan intelektual , yaitu kecerdasan yang menitikberatkan kemampuan
pikiran/rasio untuk menganalisis atau kemampuan untuk menggunakan informasi
intelektual. Yang termasuk kecerdasan intelektual adalah memiliki kemampuan
berpikir untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau memiliki
pengetahuan tentang suatu hal. Misalnya, Rudi mengguankan kemampuan
matematikanya untuk menghitung hasil penjualan kue.
Menurut
Mas Udik Abdullah dalam buku yang berjudul Meledakkan IESQ dengan
Takwa dan Tawakal, kinerja akal dapat dioptimalkan dengan cara-cara
berikut.
a. Mengatur
pola makan. Makanan yang baik adalah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dan bermanfaat
untk meningkatkan kenerja tubuh. Jika kinerja tubuh bisa bekerja secara
optimal, maka kemampuan berpikir seseorang akan meningkat. Hal ini disebabkan
otak dan seluruh syaraf tubuh juga akan bekerja dengan baik dan optimal.
b. Belajar
dengan cara yang benar. Hal tersebut berkaitan dengan usaha untuk memiliki
kemauan yang kuat dalam memperkaya pengetahuan, keterampilan, disiplin, berani
menghadapi kesulitan dalam belajar, rajin, tekun, rajin membaca, bertanya jika
tidak tahu, dan sebagainya.
c. Tidak
malas mengulang pelajaran. Misalnya, dengan mengingat-ingat apa yang pernah
dipelajari.
d. Tidak
menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat dan merusak,
seperti menonton film atau membaca cerita yang mengandung unsure pornografi.
3. Kebutuhan
Emosional
Kebutuhan
emosional sering disebut sebagai kebutuhan psikologis. Kebutuhan emosional
meliputikemampuan menerima diri, kasih saying, rasa aman, kebebasan, dan
kesuksesan. Dengan terpenuhinya kebuthan-kebutuhan emosional tersebut seseorang
akan meningkatkan energy mentalnya dlam menumbuhkan kreativitas. Misalnya,
orang yang bahagia dan mendaptkan cukup perhatian dari orangutan akan
mengembangkan dunia di luar dirinya, seperti mencari informasi.
Daniel
Goleman dalam buku Emotional Intelligence menyatakan bahwa
keberhasilan dalam kehidupan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan kita dalam
mengelola emosi daripada kecakapan intelektual (IQ) kita. Kecerdasan
intelektual tidak ada nilainya jika emosi lebih dan tidak terkendali. Misalnya,
berapa banyak orang yang meiliki skor IQ tinggi, namun gagal meraih prestasi
karena sikapnya yang sering marah-marah dan mudah putus asa.
Kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk “mendengarkan” bisikan emosi. Selain itu,
kecerdasan emosional dapat menjadi sumber informasi penting untuk memahami diri
sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan. Kecerdasan emosional juga
mencakup kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat menghadapi
situasu yang menyenangkan ataupun menyakitkan. Misalnya, orang yang memilii kecerdasan
emosional tinggi tidak akan meminta sesuatu ketika orangtuanya sedang sedih
atau kesal. Orang tersebut akan berpikir bahwa hal itu akan semakin memperburuk
suasana dan ia tidak akan mendapat sesuatu yang diinginkan.
Kecerdasan
emosional mencakup lima bidang utama, yaitu mengelola emosi (menunda kepuasan
dan mengendalikan dorongan), mampu memotivasi diri dan disiplin diri untuk
mencapai keinginan, mengetahui emosi seseorang, mempertimbangkan emosi orang
lain, serta menangani hubungan antara dirinya dan orang lain.
Kebutuhan
emosional dapat diupayakan sejak kanak-kanak dari orangtua mereka. Jika
terus-menerus keperluan emosional seseorang terpenuhi, kecerdasan emosionalnya
juga cenderung tinggi.
Meningkatkan
kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a. Melatih diri agar bersikap tenang. Orang
yang tidak tenang tidak akan punya kemampuan berpikir jernih, sehingga langkah
yang ditempuhnya cenderung tidak memiliki perhitungan baik dan buruk. Jika
menghadapi masalah atau kejadian apa pun, cobalah diam sesaat, tarik napas
panjang, lalu keluarkan secara perlahan-lahan. Ucapkan dengan penuh penghayatan
sebuah kalimat baik, misalnya “itu hal yang mudah”, “Tuhan, tolong aku”, atau
“Aku pasti bisa menyelesaikannya”.
b. Berpikir sebelum bertindak. Manusia
diberikan kelebihan oleh Tuhan berupa akal. Oleh karena itu, syukurilah nikmat
tersebut. Caranya, gunakanlah akal tersebut untuk membedakan mana perilaku yang
baik dan yang buruk. Akal juga dapat membuat kita mengetahui hall-hal yang
bermanfaat dan yang merusak.
c. Memperlakukan orang lain seperti
memperlakukan diri sendiri. Setiap orang ingin diperlakukan dengan baik. Orang
yang memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat memahami apa yang diinginkan
dirinya dan orang lain sebagaimana dirinya ingin diperlakukan.
d.
Sabar (menerima dengan ikhlas). Sabar itu
meliputi sabar dalam menjalankan kebaikan, sabaalam menjauhi yang berbahaya,
dan sabar dalam menghadapi ujian hidup. Misalnya, ketika menghadapi kekalahan,
cobalah menerimanya dengan ikhlas.
e. Menundukkan hawa nafsu. Cobalah menahan
segala nafsu yang dianggap dapat membuat situasi menjadi lebih buruk. Pikirkan
apa dampaknya jika kita mengikuti hawa nafsu yang negative. Misalnya, jika
teman kita menyebar berita bohong tentang kita, tahanlah rasa marah kita.
Caranya, tidak marah di depan orang banyak. Berpikirlah bahwa marah di depan
umum dapat merusak nama baik kita. Temukanlah cara yang bijak untuk menegur
kesalahannya. Temui ia secara pribadi. Lalul tanyakan alas an ia melakkukan hal
itu. Setelah itu, mintalah ia untuk memperbaiki nama baik kita.
4. Kebutuhan
Sosial
Kebutuhan
social adalah kebutuhan yang berhubungan degnan orang lain. Kebutuhan ini tibul
didasari pemahaman bahwa manusia merupakan makhluk social. Kebutuhan social
antara lain penerimaan dan perhatian, status dan penghargaan, ambil bagian dan
kerja sama, serta persahabatan dan cinta. Kebutuhan social dapat terjadi pada
setiap orang yang ingin diterma dan diperhaitkan dalam suatu kelompok. Jika
kita ditolak oleh kelompok tertentu, kita cenderung merasa kurang berharga.
Oleh karena itu, kita akan berupaya agar ada anggota kelompok yang mau bermain
dengan kita.
Kebutuhan
akan status dan penghargaan juga diperlukan dalam kehidupan. Status berkaitan
dengan kedudukan seseorang di antara orang lain. Misalnya, status sebagai
pelajar, ketua kelas, kapten kesebelasan, dan ketua RT. Penghargaan adalah
perhatian dalam bentuk respon positif, seperti kekaguman atau pujian dari orang
lain.
Kebutuhan
berpartisipasi dan bekerja sama juga sangat penting, baik di rumah, di sekolah,
maupun di masyarakat. Misalnya, menjadi salah satu panitia dalam perayaan 17
Agustus atau menjadi salah satu kakak asuh bagi anak yang tidak mampu. Alangkah
tidak enaknya jika kita menyendiri atau bahkan dikucilkan oleh teman.
Kesempatan untuk berpartisipasi dalam suatu aktivitas membuat kita merasa
dihargai, berarti, dan bermanfaat bagi orang lain. Kita akan bangga terhadap
kesuksesan yang dicapai secara berkelompok, baik bersama teman-teman maupun
organisasi.
Persahabatan
dan cinta juga termasuk kebutuhan social yang menuntut pemenuhan kebutuhan.
Hidup tanpa sahabat dan orang yang dicintai akan terasa hambar dan tidak
bergairah. Persahabatan adalah bentuk cinta yang sederhana. Dengan sahabat,
kita dapat menumpahkan perasaan, rahasia, atau sekadar berbagi cerita.
Kita
juga ingin mencintai dan dicintai. Dengan cinta, kita dapat berjuang menghadapi
tantangan hidup. Kebutuhan akan cinta
tidak selalu didapat melalui lawan jenis. Rasa cinta dapat diperoleh melalui
orang-orang di sekitar kita, seperti orangtua, adik, kakak, saudara, atau
teman. Inilah kebutuhan akan cinta yang terpenting.
5. Kebutuhan
Rohani (Spiritual)
Kebutuhan
rohani berhubungan dengan cinta Tuhan, penyelamatan, cita-cita, dan watak.
Mengenal Tuhan tidaklah cukup. Kita juga harus mencintai-Nya karena Tuhan juga
mencintai kita sebagai umat manusia.
Selain
kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional, kita juga harus mengenal
kecerdasan spiritual. Seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan rohani berarti
mempunyai kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi/baik.
Kecerdasan
spiritual dapat dipahami dengan kekuatan intuisi yang tajam untuk melihat
kebenaran yang paling dalam. Kecerdasan ini akan masuk ke dalam tahap kesadaran
dan tahap penghayatan hidup, sehingga membuat kita hidup lebih toleran,
terbuka, jujur, adil, dan penuh cinta. Dari kecerdasn itulah, kita dapat menuju
ke dalam kearfan dan dapat meraih kebahagiaan spiritual. Kecerdasan spiritual
itu sendiri berada di seputar jiwa dan bersifat mempersatukan.
Menurut
Kisdarto Atmosoeprapto dalam bukunya yang berjudul Temukan Kembali
Jati Diri Anda, indikasi dai SQ yang telah berkembang dapat dilihat berikut
ini.
a. Luwes
atau fleksibel dan mudah menyesuaikan diri. Orang yang memiliki kecerdasan
spiritual yang baik memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ia yakin Tuhan
memberikan berbagai potensi untuk dikembangkan. Ia juga yakin bahwa Tuhan akan
selalu menjaga setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, ia menganggap situasi atau
hal baru sebagai tantangan yang dapat mengembangkan dirinya, sehingga
membantunya mudah menyesuaikan diri dalam kondisi dan situasi apapun.
b. Mempunyai
kesadaran diri yang tinggi. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan lebih
mengenal siapa dirinya, bagaimana sifat dan karakternya dalam menghadapi suatu
situasi, apa tujuan hidupnya, serta apa tugas dan kewajibannya. Ia juga akan
memegang teguh prinsip hidupnya.
c. Kuat
dalam menghadapi kesulitan. Orang yang memiliki kecerdasanspiritual akan mampu
menemukan sisi positif dari setiap kejadian. Setiap kesulitan akan
dimaknaisebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan keterampilan diri. Ia
yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kesanggupan
haba-Nya. Oleh karena itu, ia akan menjalani segala kesulitan dengan penuh
kesabaran.
d. Terinspirasi
oleh visi dan nilai-nilai. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan
berpikir sebelum melakukan sesuatu. Ia akan melakukan sesuatu yang sesuai
dengan visi dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, ia tidak berbohong
karena berbohong dilarang agama dan dapat merusak kepercayaan orang terhadap
dirinya.
e. Menolak
tindakan yang bisa menimbulkan kerusakan. Orang yang memiliki kecerdasan
spiritual akan selalu menjaga setiap nikmat yang diberikan Tuhan. Misalnya, ia
akan membuang sampah pada tempatnya. Ia menyadari bahwa pelanggaran terhadap
hal itu akan merusak keindahan, kebersihan, dan kesehatan.
f. Melihat hubungan di antara keberagaman.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu melihat hubungan agama atau
nilai spiritual dari setiap perilaku atau sesuatu hal. Misalnya, kehebatan cara
kerja otak tidak lain karena kehebatan Yang Menciptakan otak. Oleh karena itu,
manusia patut bersyukur.
g. Selalu
terangsang untuk menanyakan “Apa?” dan “Mengapa?”. Lalu mencari jawabannya
secara fundamental (mendasar).
B. Pengertian
Integritas Diri
Integritas
adalah kesamaan antara kata dan perbuatan. A adalah A, dan B adalah B. orang
yang memiliki integritas adalah orang yang perkataannya bisa dipegang.
Integritas
diri adalah suatu pemahaman yang membuat terwujudnya pemenuhan yang seimbang
dan sinergis terhadap semua kebutuhan-kebutuhan manusia. Misalnya, terpenuhinya
kebutuhan terhadap makanan, prestasi di sekolah, pergaulan, pelaksanaan ibadah,
dan keikutsertaan dalam kegiatan social kemasyarakatan.
Manusia
dapat berkembang secara utuh tanpa ada satu pun keperluan yang terabaikan.
Dengan kata lain, kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi secara seimbang, tepat,
dan proporsional (sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan). Misalnya, makan
secara teratur, belajar setiap hari, bergaul dengan teman, peduli terhadap
sesame, dan melaksanakan kewajiban agama.
Integritas
diri memungkinkan semua perasaan diungkapkan dengan kejujuran dan ketulusan
meskipun kita harus melaksanakan sesuatu ytidak menyenangkan. Jika kita melakukannya
dengan alasan yang benar, semuanya akan dapat diterima. Individu-individu yang
mempunyai integritas diri akan memancarkan kepercayaan diri dan sikap yang
tidak mementingkan diri sendiri.
C. Manfaat
Integritas Diri
Hidup
yang terintegrasi adalah hidup yang terpenuhi kebutuhan dasar secara seimbang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mengupayakan agar kebutuhan jasmani,
intelektual, emosional, social, dan rohani terpenuhi secara seimbang. Apabila
kita mampu mewujudkan integritas diri sendiri, kita akan memperoleh manfaat
yang besar. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dilihat berikut ini.
1. Secara fisik, kita akan merasa sehat dan
bugar. Kita selalu siap melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari. Sebagai
seorang siswa, kita harus menjaga kesehatan agar dapat mengikuti pelajaran di
sekolah dengan baik. Jika kita sering sakit, kita akan sering ketinggalan
pelajaran. Di sekolah, kita sering menjumpai teman-teman yang terkena penyakit,
seperti flu, sakit mata, dan cacar. Jika kesehatan kita terjaga degnan baik,
kita tidaak akan mudah tertular penyakit-penyakit tersebut. Hal yang sangat
penting adalah kita menyadari bahwa kesehatan dan kebugaran fisik akan
mempengaruhi kondisi mental. Ingatlah semboyan, di dalam tubuh yang sehat
terdapat pikiran yng sehat.
2. Secara intelektual, kita dapat
mengoptimalkan kemampuan otak kita. Otak kita terlatih berpikir secara ilmiah,
terlatih menganalisis, dan terlaith membuat kesimpulan yang logis dan
rasioanal. Kita semakin mampu mengembangkan sifat kritis dan rasional. Selain
itu, kita juga mampu mengolah berbagai data dan informasi yang samapi kepada
kita. Kemampuan intelektual yang baik memungkinkan kita untuk mengikuti program
studi yang kita inginkan. Dengan kemampuan menganalisis yang baik, kit adapt
menjahkan diri dari asumsi-asumsi yang bersifat subjektif semata. Orang yang
mampu melakukan penelitian dan menghasilkan berbagai penemuan ilmiah adalah
orang-orang yang berhasil mengembangkan kemampuan intelektual secara memadai.
3.
Secara emosional, kemampuan EQ dalam diri
seseorang akan membuat orang itu menjadi penuh motivasi, sadar diri, empati,
simpati, solidaritas tinggi, dan sarat kehangatan emosional dalam interaksi
kerja. Kematangan emosional yang dimiliki seseorang akan membuatnya dapat
bekerja di bawah tekana. Itulah sebabnya ada banyak orang yang memiliki IQ
sedang bahkan rendah, namun dapat sukses dalam hidupnya karena memiliki EQ yang
tinggi, namun mengalami kegagalan dalam hidupnya karena memiliki tingkat EQ
yang rendah. Kecerdasan emosional berada di wilayah emosi dan bersifat
asosiatif. Kecerdasan itu akan membuat seseorang mampu menyesuaikandiri
terhadap apapun yang sedang dihadapinya.
4. Secar spiritual, kita dapat memaknai
segala sesuatu, termasuk pengalaman-pengalaman hidup, baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, seperti keberhasilan, kegagalan, dan
penderitaan. Kecerdasan spiritual membuat kita dapat melihat berbagai kenyataan
atau fenomena kehidupan dalam perspektif yang lebih dalam, utuh, dan menyeluruh
dalam mengatasi keragaman dan perbedaan yang dihadapi. Kecerdasan ini juga
membuat seseorang tidak mudah terombang-ambing oleh kekacauan yang terjadi
akibat arus gelombang yang kuat.
5.
Secara social, kita semakin mampu
mengembangkan hubungan baik satu sama lain. Kita semakin betah bersama orang
lain dan mau bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menuntut
kekompakan dan kerja sama yang baik. Kita memiliki kepekaan hati dan perasaan
untuk selalu memberi tempat bagi orang lain di dalam hati kita. Misalnya,
interaksi dengan lingkungan sekitar membuat kita tahu kesulitan orang lain. Hal
tersebut akan mendorong kita untuk ikut membantu sehingga kita merasa berharga
dan bermanfaat bagi orang lain. Kepekaan seperti ini akan membuat kita lebih
tanggap terhadap kebuthan dan harapan orang lain, sehingga turut membuat
suasana hidup bersama menjadi nyaman, damai dan menyenangkan. Situasi seperti
inilah yang menjadi dambaan hati setiap orang.
D. Pribadi
yang Memiliki Integritas Diri
Menurut
Antonius Atosokhi Gea, seorang
pribadi yang memiliki integritas diri yang tinggi akan tampak sebagai berikut.
1. Selalu
tampil dengan fisik segar dan bugar. Tidak banyak keluhan mengenai kesehatan
fisiknya. Ia dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang banyak melibatkan fisik.
Bahkan, tugas-tugas berat sekalipun dapt diatasinya.
2. Dapat
diandalkan secara intelektual. Orang yang dimaksud adalah orang yang intelek
dan mudah mempelajari hal baru dengan cepat. Ia dapat mempelajari banyak hal,
senang melibatkan diri dalam kegiatan penelitian, mampu mencari
solusi/pemecahan dari masalah yang ada, serta kritis dan rasional dalam
bertindak.
3. Tidak
mudah terbawa emosi, sabar, dan kuat dalam menghadapi tantangan atau tekanan.
Ia mapu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda. Selain itu, ia
memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan kegiatannya. Misalnya, tidak
akan bersedih ketika putus cinta karena dapat membuatnya malas untuk makan,
bergaul, atau belajar.
4. Memiliki
kehidupan rahani yang mendalam. Ia mampu bersikap arif dan bijaksana
dalambertindak, serta tidak hanya menggunakan pertimbangan ekonomi dan untung
rugi saja dalam mengambil keputusan. Ia memiliki orientasi nilai moral atau
agama sebagai penuntun penting dalam hidupnya. Selain itu, ia juga berani dan
bertanggung jawab dalam bertindak, adil, dan berpikiran maju.
5. Luwes
dalam pergaulan. Ia suka berada di tengah-tengah orang lain dan mau bekerja
sama dengan banyak orang. Hal ini akan memudahkannya diterima dan menerima
orang lain. Oleh karena itu, orang lain merasa senang dan beruntung dapat
bergaul dengannya.